Selasa, 08 Juli 2014


Terlahir sebagai seorang Ahmadiyah yang selama ini dipandang sesat oleh masyarakat tidaklah mudah. Hidup yang penuh dengan banyak kejadian tidak menyenangkan dan segala bentuk penghinaan. Maryam, menjalani hari-harinya dengan berat. Meskipun akhirnya ia harus berusaha tegar menghadapinya dan menerima dirinya sebagai seorang Ahmadi meskipun akhirnya ia bimbang.
Beban kehidupan itu dimulai dari penghinaan masyarakat terhadap Fatimah, adik Maryam yang menerima perlakuan buruk dari pihak sekolahnya karena dianggap sebagai penganut aliran sesat. Maryam yang telah lulus sekolah menengah, akhirnya memutuskan kuliah jauh dari Lombok, yaitu di Surabaya. Ia lalu jatuh cinta dengan Alam Syah saat berada di Jakarta.
Hubungan Maryam dengan Alam tidak direstui oleh kedua orang tuanya. Maryam nekad tetap menikah dengan Alam dan meninggalkan keluarganya, tetapi pernikahan itu tak berlangsung lama. Sikap Ibu Alam yang sinis kepada Maryam dan sikap Alam yang tidak tegas akhirnya membuyarkan semua cinta Maryam.
Pernikahan tanpa anak itu akhirnya kandas dan Maryam memilih kembali ke Lombok, walaupun berat ia memberanikan dirinya. Keluarganya menerima kembali kedatangan Maryam dengan tangan terbuka. Mereka menganggap Maryam telah kembali pada kodratnya sebagai seorang Ahmadi. Tak lama kemudian, Maryam dijodohkan lagi dengan Umar dan mereka menikah.

Perlahan-lahan, Maryam dan Umar saling mencintai dan menyayangi. Rumah tangga mereka harmonis. Hingga suatu hari ada penyerangan terhadap orang-orang Ahmadi yang menyebabkan mereka harus mengungsi ke Gedung Transito selama beberapa tahun. Maryam yang muak dengan perlakuan demikian, akhirnya memberontak tetapi sayang, perjuangannya tidak mendapat tanggapan apapun dari pemerintah. 

Ruang Ulfa . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates